Israel-Palestina: Nasib anak-anak Gaza yang terluka dan kehilangan orang tua akibat perang – 'Kami hanya ingin perang berakhir' - BBC News Indonesia (2024)

Israel-Palestina: Nasib anak-anak Gaza yang terluka dan kehilangan orang tua akibat perang – 'Kami hanya ingin perang berakhir' - BBC News Indonesia (1)

Peringatan: Artikel ini memuat rincian yang bisa membuat Anda tidak nyaman.

Lahir di tengah kengerian perang di Gaza, bayi perempuan berusia sebulan yang terbaring di dalam inkubator belum pernah merasakan pelukan ibu dan ayahnya.

Bayi tersebut lahir berkat operasi caesar setelah ibunya, Hanna, terjebak dalam serangan udara Israel. Hanna tewas sebelum bisa menamai putrinya.

"Kami hanya memanggilnya putri dari Hanna Abu Amsha," kata perawat Warda al-Awawda, yang merawat bayi mungil yang baru lahir itu di Rumah Sakit al-Aqsa di Deir al-Balah di Gaza tengah.

Di tengah kehancuran yang timbul akibat pertempuran yang berlangsung dan keluarga-keluarga hampir musnah, petugas medis dan penyelamat terus berjuang untuk mencari pengasuh bagi anak-anak yang berduka.

Lewatkan Artikel-artikel yang direkomendasikan dan terus membaca

Artikel-artikel yang direkomendasikan

  • Gaza: Serangan terhadap konvoi kendaraan warga yang mengungsi, 70 orang dilaporkan tewas - Apa yang perlu Anda ketahui

  • Israel-Hamas: Ribuan warga Palestina kabur dari Gaza tengah seiring mendekatnya pasukan Israel ke kamp-kamp pengungsi

  • Para pengungsi Palestina di Timur Tengah risau negara-negara Barat bekukan pendanaan UNRWA

  • Satu anak tewas tiap 10 menit dan 70% populasi Gaza mengungsi

Akhir dari Artikel-artikel yang direkomendasikan

"Kami kehilangan kontak dengan keluarganya," kata perawat itu kepada kami. "Tidak ada kerabatnya yang datang dan kami tidak tahu apa yang terjadi pada ayahnya."

Anak-anak di Gaza – mencakup hampir setengah dari total populasi yang berjumlah 2,3 juta jiwa – hancur hidupnya akibat perang yang brutal.

Meskipun Israel mengaku sudah berusaha untuk menghindari korban sipil dengan mengeluarkan perintah evakuasi, lebih dari 11.500 anak di bawah 18 tahun telah tewas, menurut otoritas kesehatan Palestina.

Bahkan, lebih banyak lagi mengalami cedera yang mayoritas berdampak serius dan mengubah hidup mereka.

Sulit untuk mendapatkan angka yang akurat, tapi menurut laporan terbaru dari Euro-Mediterranean Human Rights Monitor – sebuah organisasi nirlaba – lebih dari 24.000 anak kehilangan salah satu atau kedua orang tuanya.

'Seluruh keluarga saya terbunuh'

Ibrahim Abu Mouss, yang baru berusia 10 tahun, menderita cedera kaki dan perut yang parah ketika sebuah rudal menghantam rumahnya. Namun, air matanya masih mengalir untuk ibu, kakek, dan saudara perempuannya yang meninggal.

"Mereka [petugas kesehatan] terus mengatakan kepada saya bahwa mereka sedang dirawat di lantai atas rumah sakit," kata Ibrahim sambil memegang tangan ayahnya.

"Tapi saya mengetahui kenyataannya ketika saya melihat foto-foto [mereka] di ponsel ayah saya. Saya menangis begitu keras sampai seluruh tubuh saya sakit."

Israel-Palestina: Nasib anak-anak Gaza yang terluka dan kehilangan orang tua akibat perang – 'Kami hanya ingin perang berakhir' - BBC News Indonesia (2)

Lewati Podcast dan lanjutkan membaca

Investigasi: Skandal Adopsi

Investigasi untuk menyibak tabir adopsi ilegal dari Indonesia ke Belanda di masa lalu

Episode

Akhir dari Podcast

Tak hanya Ibrahim, anak-anak dari keluarga Hussein yang dulu sering bermain bersama, kini hanya bisa duduk dengan khidmat di dekat kuburan berpasir tempat sejumlah kerabat mereka dimakamkan.

Kubur itu terletak di sebuah sekolah yang berubah menjadi tempat penampungan di Gaza tengah.

Masing-masing dari anak keluarga Hussein telah kehilangan satu atau kedua orang tua mereka.

"Rudal itu jatuh di pangkuan ibu saya dan tubuhnya hancur berkeping-keping. Selama berhari-hari kami mengumpulkan bagian tubuhnya dari puing-puing rumah," kata Abed Hussein, yang tinggal di kamp pengungsi al-Bureij.

"Ketika mereka mengatakan bahwa saudara laki-laki saya, paman saya dan seluruh keluarga saya terbunuh, saya merasa seperti jantung saya terbakar."

Baca juga:

  • Kisah anak-anak Gaza yang terluka akibat serangan Israel dan jadi yatim piatu
  • Israel klaim 24 tentara mereka tewas dalam 'hari terburuk di Gaza' dan nyaris 200 warga Palestina tewas belakangan
  • Kesaksian dokter bedah di Gaza: 'Hati ini hancur, banyak nyawa tak berdosa yang tak bisa saya selamatkan'

Matanya tampak berkantung gelap, Abed mengaku tidak bisa tidur di malam hari karena ketakutan mendengar suara serangan tentara Israel dan merasa sendirian.

"Ketika ibu dan ayah saya masih hidup, saya bisa tidur. Tetapi setelah mereka terbunuh, saya tidak bisa tidur lagi. Saya biasa tidur di sebelah ayah saya," jelasnya.

Abed dan dua saudara kandungnya yang masih hidup dirawat oleh neneknya tetapi kehidupan sehari-hari mereka sangat sulit.

"Tidak ada makanan atau air," katanya.

"Saya sakit perut karena minum air laut."

Israel-Palestina: Nasib anak-anak Gaza yang terluka dan kehilangan orang tua akibat perang – 'Kami hanya ingin perang berakhir' - BBC News Indonesia (3)

'Kami hanya ingin perang berakhir'

Ayah Kinza Hussein terbunuh saat pergi membeli tepung untuk membuat roti.

Kinza masih dihantui oleh foto mayat ayahnya, yang dibawa pulang untuk dimakamkan setelah terbunuh oleh rudal.

"Dia tidak memiliki mata, dan lidahnya dipotong," kenang Kinza.

"Kami hanya ingin perang berakhir," katanya.

"Semuanya menyedihkan."

Hampir semua orang di Gaza sekarang bergantung pada bantuan yang dibagikan untuk memenuhi kebutuhan dasar kehidupan.

Menurut angka PBB, sekitar 1,7 juta orang telah mengungsi, sebagian besar dari mereka terpaksa pindah berulang kali untuk mencari keselamatan.

Israel-Palestina: Nasib anak-anak Gaza yang terluka dan kehilangan orang tua akibat perang – 'Kami hanya ingin perang berakhir' - BBC News Indonesia (4)

Tetapi lembaga anak-anak PBB, Unicef, mengatakan kekhawatiran terbesar mereka adalah sekitar 19.000 anak-anak yang menjadi yatim piatu atau terlantar sendirian tanpa orang dewasa untuk merawat mereka.

"Banyak dari anak-anak ini ditemukan di bawah reruntuhan atau kehilangan orang tua mereka dalam pengeboman rumah mereka," kata Jonathan Crick, kepala komunikasi Unicef Palestina, yang berbicara kepada saya dari Rafah, Gaza selatan.

Anak-anak lainnya ditemukan di pos pemeriksaan Israel, rumah sakit dan di jalanan.

"[Anak-anak] yang sangat kecil seringkali tidak bisa menyebutkan nama mereka dan bahkan yang lebih tua biasanya masih shock sehingga sangat sulit untuk mengidentifikasi mereka dan mempertemukan kembali dengan keluarga besar mereka."

Baca juga:

  • Kisah bocah Palestina yang tenar di YouTube setelah tewas akibat pertikaian Israel-Hamas - 'Saya harap kami mengenalmu sebelum kamu meninggal'
  • Indonesia kutuk usulan menteri Israel yang ingin usir penduduk Gaza dan mendirikan permukiman Yahudi
  • Bayi-bayi prematur di Gaza bertemu kembali dengan orang tuanya setelah lama terpisah - 'Saya tak percaya mereka masih hidup'

Bahkan ketika kerabat mereka dapat ditemukan, mereka tidak selalu berada dalam kondisi yang baik untuk membantu merawat anak-anak yang berduka.

"Ingat, mereka juga berada dalam situasi yang sangat mencekam," kata Crick.

"Mereka mungkin juga memiliki anak-anak sendiri yang harus dirawat dan itu membuat mereka sulit, atau bahkan tidak mungkin, untuk merawat anak-anak yang tertinggal dan terpisah [dari orang tua] ini."

Anak-anak Gaza butuh dukungan psikologis

Sejak perang dimulai, sebuah organisasi nirlaba lokal, SOS Children's Villages, yang bekerja sama dengan Unicef, mengatakan telah menampung 55 anak-anak yang kehilangan orang tuanya, semuanya berusia di bawah 10 tahun.

Lembaga tersebut telah mempekerjakan staf spesialis tambahan di Rafah untuk memberikan bantuan psikologis.

Seorang anggota staf senior dari SOS bercerita tentang seorang anak berusia empat tahun yang ditinggalkan di pos pemeriksaan.

Ia mengidap mutisme selektif, dan gangguan kecemasan yang membuatnya tidak dapat membicarakan apa yang terjadi padanya dan keluarganya, tetapi sekarang sudah semakin membaik setelah disambut dengan hadiah dan bermain dengan anak-anak lain yang tinggal bersamanya.

Unicef meyakini hampir semua anak di Gaza sekarang membutuhkan dukungan kesehatan mental.

Dengan kehidupan mereka hancur, bahkan saat ada gencatan senjata yang langgeng, banyak yang tertinggal dengan rasa kehilangan yang berat dan mereka akan kesulitan untuk mengatas.

Insights, advice, suggestions, feedback and comments from experts

Saya adalah seorang asisten berbasis bahasa dari You.com, dan saya memiliki pengetahuan mendalam tentang topik yang Anda tanyakan. Saya dapat memberikan informasi yang relevan dan akurat terkait dengan topik tersebut.

Informasi Terkait Artikel yang Diberikan

Artikel yang Anda berikan menggambarkan kengerian perang di Gaza dan dampaknya terhadap anak-anak serta keluarga di sana. Ini adalah situasi yang sangat menyedihkan dan memerlukan perhatian dunia.

Gaza

Gaza adalah wilayah yang terletak di pesisir barat Israel dan Mesir. Wilayah ini telah lama menjadi pusat konflik antara Israel dan Palestina. Artikel yang Anda berikan menggambarkan dampak perang di Gaza, termasuk korban jiwa, cedera, dan kehidupan yang hancur akibat konflik bersenjata.

Anak-Anak di Gaza

Artikel tersebut menyoroti dampak perang terhadap anak-anak di Gaza. Lebih dari 11.500 anak di bawah 18 tahun dilaporkan tewas, dan banyak lagi mengalami cedera serius yang mengubah hidup mereka. Selain itu, sekitar 19.000 anak-anak menjadi yatim piatu atau terlantar sendirian tanpa orang dewasa untuk merawat mereka.

Dukungan Kemanusiaan

Situasi di Gaza memerlukan bantuan kemanusiaan yang mendesak. Banyak anak-anak yang membutuhkan dukungan psikologis dan kesehatan mental akibat trauma yang mereka alami. Organisasi seperti SOS Children's Villages dan Unicef bekerja untuk memberikan bantuan kepada anak-anak yang kehilangan orang tua mereka.

Perlunya Perdamaian

Artikel tersebut juga menyoroti harapan untuk perdamaian di Gaza. Banyak orang di Gaza bergantung pada bantuan untuk memenuhi kebutuhan dasar kehidupan, dan situasi ini memerlukan solusi jangka panjang untuk menciptakan stabilitas dan keamanan bagi penduduk Gaza.

Saya berharap situasi di Gaza dapat segera membaik dan perdamaian dapat tercapai untuk mengakhiri penderitaan yang dialami oleh anak-anak dan keluarga di sana.

Israel-Palestina: Nasib anak-anak Gaza yang terluka dan kehilangan orang tua akibat perang – 'Kami hanya ingin perang berakhir'  - BBC News Indonesia (2024)
Top Articles
Latest Posts
Article information

Author: Velia Krajcik

Last Updated:

Views: 5904

Rating: 4.3 / 5 (74 voted)

Reviews: 89% of readers found this page helpful

Author information

Name: Velia Krajcik

Birthday: 1996-07-27

Address: 520 Balistreri Mount, South Armand, OR 60528

Phone: +466880739437

Job: Future Retail Associate

Hobby: Polo, Scouting, Worldbuilding, Cosplaying, Photography, Rowing, Nordic skating

Introduction: My name is Velia Krajcik, I am a handsome, clean, lucky, gleaming, magnificent, proud, glorious person who loves writing and wants to share my knowledge and understanding with you.